Rahmat El Azzam
Menyaksikan acara debat Cagub Jawa Barat yang ditayangkan TVOne semalam
(Rabu, 20/2/2013) cukup mengesankan sekali. Salah satunya adalah apa
yang ditampilkan oleh Ahmad Heryawan, salah satu kandidat dengan nomor
urut 4. Tidak sedikit pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kandidat lain
dengan nada memojokkan, menyerang bahkan menjatuhkan pada saat sesi
Saling Uji antar Calon. Tapi sikap yang ditunjukkan calon yang
dipanggel Aher ini sangat berbeda, bukan terjebak untuk menyerang balik
lawan tapi justru beliau memberikan sikap yang konstruktif dengan
memberikan pujian atau sanjungan terhadap pengkritik itu.
Berkali-kali juga pasangan lain memberikan kritik yang mengarah pada
tuduhan-tuduhan dengan data-data. Namun semua dapat dipatahkan karena
data yang diberikan tidak valid. Dan yang sangat menarik adalah saat
Ahmad Heryawan dihujat dengan program “Sekolah Gratisnya” oleh pasangan
Yance-Tatang, Aher justru membalasnya dengan pujian: "Bahwasanya yang
menjadikan inspirasi program pendidikan di Jawa Barat tersebut adalah
keberhasilan program pendidikan di Indramayu".
Lain lagi ketika pasangan nomor urut 4 itu diberikan kesempatan untuk
menjawab “serangan” dari pasangan Dede Yusuf-Lex Laksmana, yang notabene
kedua orang tersebut juga memiliki status yang sama sebagai petahana
atau incumbent, Aher bisa saja membuka apa yang tidak diketahui publik
(tentang kinerja) Dede Yusuf dan Lex Laksmana sebagai partner
pemerintahannya, tetapi itu tidak dilakukannya. Aher justru
mempersilakan pasangannya yaitu Dedy Mizwar untuk menanggapi.
Dengan sikap yang elegan ini justru membuka mata publik bagaimana sikap
bijak Ahmad Heryawan terhadap lawan-lawannya. Dan tentunya masih banyak
lagi cuplikan debat semalam yang bisa kita telaah dan kita uji, seberapa
tingkat kematangan para calon pemimpin Jawa Barat.
Sebuah fenomena yang mestinya kita kritisi secara bersama adalah setiap
ada debat calon kepala daerah yang terjadi adalah satu calon dengan
calon yang lain saling menyerang dan menjelek-jelekkan program. Mengapa
mereka tidak fokus pada program yang ingin mereka ajukan? mengapa mereka
tidak fokus mengambil hati rakyat dengan sebuah gagasan? mengapa justru
lebih sibuk mengumbar kekurangan-kekurangan pemimpin sebelumnya? apakah
tidak ada rasa percaya terhadap program mereka?
Maka, sebuah pembelajaran buat para calon pemimpin yang akan maju
kedepan untuk merenungi apa yang semestinya dilakukannya, apakah sibuk
mencaricari kekurangan lawan politiknya ataukah sibuk menyusun
program-program unggulan untuk meraih hati para calon pemilih yang
kemudian disertai dengan sikap elegan.
Akhirnya, terlepas apapun hasil Pilkada Jabar nantinya saya mengucapkan
selamat kepada Ahmad Heryawan yang telah menang. Dalam hal ini
memenangkan hati para pendukungnya dan hati lawannya.
Menutup tulisan ini, saya kutipkan perkataan Dicky Candra, “Semoga kita
tidak menjadi orang yang merasa paling benar dan sempurna, hingga
begitu ringannya kita menjelek-jelekkan orang lain hanya karena
keinginan pribadi dan kelompok. Mari kita hargai perbedaan, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah. Dan apapun kata mereka tak akan
merubah pendirian bahwa melanjutkan sesuatu yang baik walau mungkin
“tidak sempurna” jauh lebih baik ketimbang “memulai segala sesuatunya
dari NOL”.
Pa-Depok-an, 21 Feb 2013
0 komentar:
Posting Komentar