Sebaiknya, Kader Demokrat Les Sama PKS
Jefri Hidayat | Kompasiana
Hampir semua partai punya masalah dan dinamika, tapi biasanya partai
politik dapat menahan polemic di internalnya tanpa terendus oleh media
masa dan public. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) contohnya, pasca
penetapan Lutfhie sebagai tersangka, disusul dengan suksesi kepemimpinan
yang menempatkan Anis Matta sebagai presiden, nyaris tanpa gejolak di
internal mereka. Walaupun, semua media memberitakan partai dakwah ini,
namun PKS mampu meredam semua serangan dan tudingan public.
Begitu juga dengan Golkar, partai warisan orde baru ini juga mampu
menahan setiap dinamika yang ada, tanpa perlu menimbulkan
gonjang-ganjing baik dikalangan internal, maupun keluar dari organisasi
mereka. Ada sich problematika itu, namun Golkar dapat membendung dengan
cepat setiap gejolak yang ada. Sehingga isu tak sedap yang menerpa
terselesaikan dengan hitungan hari.
Akan tetapi hal demikian tidak berlaku pada Partai Demokrat. Hampir
keseluruhan kabar yang seharusnya hanya dikonsumsi di kalangan tertentu
partai, menjadi santapan public. Di partai pemenang pemilu ini, kader
saling serang sesame kader. Sehingga menjadi konsumsi media dan pada
akhirnya semua lapisan masyarakat tahu apa yang seharusnya tidak
diketahui kalangan eksternal.
Jika dicatat, dua tahun terakhir ini tak terhitung lagi saling serang
itu terjadi. Kita mencatat hal demikian dimulai oleh Ruhut Sitompul
dengan menyerang Amir Syamsudin-Deny Kailimang-Kastorius Sinaga di acara
diskusi Indonesia Lawyer Club. Ketua Fraksi Demokrat pun tak
luput dari serangan Ruhut, ketika raja minyak ini dinasehati dan sempat
ditegur fraksi atas semua pernyataannya.
Belum lagi, celotehan Ruhut yang membuat telinga elite democrat merah.
Apalagi Ruhut tak henti-hentinya menuntut Anas non aktif dari kursi
kepemimpinan partai. Sikap Ruhut berbuntut pada pencopotannya menjadi
ketua DPP. Tapi hal demikian tak membuat dia diam, Ruhut terus bersuara
menggoyang dan menghajar siapa yang mencoba menyuruh diam.
Tidak hanya Ruhut yang bersikap demikian, tokoh senior democrat seperti
Jero wacik, Syarif Hasan dan beberapa lainnya sempat jadi sorotan media,
lantaran menggugat dan mengkritik Anas Urbaningrum. Mentri democrat ini
berpendapat bahwa Anas bertanggung jawab atas anjloknya elektabilitas
partai. Baiknya, kata anggota majelis tinggi ini, Anas non aktif dulu.
Statement Jero Wacik ini mendapat reaksi keras dari loyalis Anas dan DPD
democrat. Sehingga perang saudara kembali terjadi. Namun seruan
politisi senior ini mendapat respon dari Ketua dewan Pembina democrat
yang menghasilkan delapan solusi, penandatangan pakta integritas dan
disusul dengan rapimnas yang diselenggarakan esok harinya.
Kader democrat ini memang berbeda dari kader partai lain. Walaupun
partai mendapat sorotan tajam public, tapi saling serang sesama kader
tidak otomatis berhenti. Dua hari yang lalu giliran Ulil Abshar yang
bersuara, masalah tetap sama yakni menuntut Anas mundur. Jelaslah, suara
Ulil mendapat reaksi keras dari loyalis Anas.
Kenapa democrat rentan dan mudah diprovokasi oleh media dan pengamat?
banyak orang berpendapat bahwa yang bergabung di democrat rata-rata
tidak melalui pengkaderan yang matang seperti dilakukan oleh PKS.
Ataupun kader democrat umumnya hanyalah kumpulan poitisi yang mencari
sensasi, tidak mempunyai jejak rekan organisasi yang panjang.
Golkar contohnya, para kader yang tergabung disana umumnya mempunyai
pengalaman panjang dalam berorganisasi, dan di Golkar terkonsolidasi
dengan baik. Tahu dengan Tupoksi, paham dengan masalah, dan mengerti
persoalan. Jarang sekali stetment kader golkar maupun PKS memantik
kontroversi. Baik dikalangan internal maupun eksternal.
Betapa hebat masalah yang melanda PKS, tapi coba ditengok beberapa orang
kader partai dakwah tersebut yang ngomong dan bersuara. Palingan
Hidayat Nur wahid, apabila media mewawancarai kader ini biasanya kader
hanya diam.
Mungkin lantaran hal demikian SBY mengutarakan agar di democrat Public Relation
kembali diaktifkan dengan sempurna sehingga kader-kader yang memberikan
tanggapan ke public tahu apa yang dibicarakan tanpa perlu menimbulkan
gejolak maupun kontroversi akibat dari pernyataan mereka. Baiknya
Demokrat les dulu sama PKS atau Golkar bagaimana etika berbicara. []
*http://politik.kompasiana.com/2013/02/16/sebaiknya-kader-demokrat-les-sama-pks-534158.html
0 komentar:
Posting Komentar