Menurutnya hal itu mendesak untuk dilakukan oleh Walikota Sabaang sehingga tidak ada lagi masyarakat yang berdebat dulu dengan petugas baru dapat obat, serta tidak ada lagi pasien yang sering salah diagnosa sehingga harus mendapatkan pengobatan lanjutan di luar Sabang.
“Keseriusan walikota Sabang sangat dinantikan oleh rakyat, indikator keseriusan bukan hanya menggelontorkan uang rakyat yang besar untuk membangun infrastruktur Rumah Sakit saja, namun, perbaikan karakter serta kepastian regulasi di manajemen RSU Sabang harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang melekat, sehingga uang rakyat yang di gelontorkan akan berbanding lurus dengan mutu pelayanan yang di dapatkan oleh rakyat Sabang,” ujar Zuanda.
Ia menambahkan bahwa dalam bulan Desember ini saja ia menerima laporan masyarakat terjadi 2 praktek medis di luar kewajaran, di antaranya adalah pasien operasi caesar yang sempat pingsan di akibatkan proses anastesi (pembiusan) yang tidak sempurna, dan bayi yang dilahirkan akhirnya meninggal di karenakan kedinginan dan pasien operasi batu karang yang mengalami kesalahan posisi operasi di bagian perut sehingga dilakukan pengulangan operasi di posisi yang berbeda, akhirnya pasien ini dirujuk ke Banda Aceh untuk melanjutkan proses operasi yang bukan malah menyembuhkan.
“Berbagai kejadian itu baru sekelumit kejadian dari berbagai rentetan kasus minimnya pelayanan di RSU Sabang, Pasien kerap harus bertengkar terlebih dahulu dengan petugas untuk mendapatkan pelayanan yang baik. Sulit menyampaikan siapa sebenarnya yang menjadi aktor dari berbagai kebobrokan pelayanan ini, banyak pihak yang terkait dan terlibat dalam kejadian yang merugikan masyarakat ini,” demikian Zuanda.
0 komentar:
Posting Komentar