Terlalu Banyak Pahlawan dalam Diam
Selasa, 08 April 2014
Oleh : Cahyadi Takariawan
Saat saya diajak berkontribusi untuk menulis di buku “Pahlawan dalam Diam”, terus terang saya memang sangat antusias karena setiap hari saya menyaksikan sosok yang dimaksud oleh judul buku itu. Setiap hari saya berjalan, dari satu daerah ke daerah lainnya di Indonesia, menghadiri berbagai macam kegiatan di berbagai penjuru tanah air, saya melihat dengan mata kepala sendiri sangat banyak pahlawan dalam diam itu.
Saya harus menceritakan satu per satu. Mungkin usai Pemilu nanti saya akan mengajak banyak ikhwah memberikan testimoni, menceritakan pengalaman masing-masing, betapa masih sangat banyak orang bekerja dalam diam. Orang-orang yang ikhlas berjuang tanpa mengharapkan sesuatu yang praktis dan pragmatis, di tengah dahsyatnya pragmatisma banyak kalangan masyarakat menjelang Pemilu 2014.
Buruh Kecil Itulah Pahlawan
Kader PKS yang satu ini memang unik. Orangnya supel, gaul, dan mudah berkomunikasi dengan siapapun. Tiga bulan terakhir saya banyak berinteraksi untuk urusan pemenangan Pemilu di wilayahnya, di Jawa Tengah.
Saya mengenal pertama kali dari SMS yang ia kirim dan isinya sangat mengejutkan saya. Menggunakan bahasa Jawa yang lugas, namun tata bahasanya sangat indah. Puitis, dan membuat saya kagum dengan pilihan serta rasa bahasanya. Setelah kiriman SMS itulah saya merasa sangat ingin ketemu langsung dengan orangnya.
Alhamdulillah akhirnya saya sempat bertemu dengannya. Hanya sebentar saja, dan saya menghadiahkan dua buah buku terbaru saya yaitu “Wonderful Family” dan “Wonderful Husband” sebagai tanda cinta dan persahabatan untuknya.
Ia lelaki berusia sekitar 35 tahun. Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh di sebuah bengkel motor. Semula saya tidak percaya kalau ia buruh di sebuah bengkel. “Terlalu pintar untuk ukuran seorang buruh bengkel motor”, itu kalimat saya lewat SMS mengomentari pengakuannya sebagai buruh. Kalimatnya setiap kali mengirim SMS sangat teratur dan memiliki nilai sastra.
Terus Bekerja dalam Diam
Dia bukan caleg, juga bukan pengurus PKS. Ia hanya kader biasa, sebagaimana kader lainnya yang tinggal di pelosok desa. Namun ia setiap hari bekerja untuk memenangkan PKS, sepulang dari buruh di bengkel tempatnya mencari penghidupan. Sangat banyak kejutan yang saya dapatkan darinya.
Kejutan pertama yang saya dapatkan adalah laporan darinya usai pertemuan singkat dengan saya. Ia merasa berterima kasih mendapatkan dua buah buku hadiah dari saya, maka ia anggap membeli buku tersebut di toko buku. Karena mendapatkan gratis dari saya, maka uang pembelian itu ia infakkan di pertemuan warga tempat tinggalnya, sembari menyatakan ini sumbangan dari salah seorang kader PKS.
Saya tidak pernah membayangkan ia akan berlaku seperti itu.
Kejutan kedua, ia rajin menyambung silaturahim dengan saya melalui SMS dan menceritakan aktivitas kesehariannya dalam rangka memenangkan PKS di wilayahnya. Beberapa waktu lalu, ia mengirim SMS menceritakan melakukan ‘closing’ terhadap 14 sopir truk yang biasa mangkal di wilayahnya. Masyaallah, 14 sopir truk itu menyatakan siap mencoblos PKS di Pemilu 2014 nanti.
“Mereka teman-teman saya, biasa mengobrol setiap ada kesempatan. Mereka saya datangi satu per satu dan saya jelaskan tentang PKS. Alhamdulillah 14 sopir truk itu menyatakan siap mencoblos PKS dan juga mengajak keluarga serta teman-teman lainnya untuk mencoblos PKS di Pemilu 2014 nanti,” ujarnya.
Luar biasa, 14 sopir truk bersedia mencoblos PKS, masih ditambah janji mereka untuk mengajak serta istri, anak, tetangga dan temannya memilih PKS.
Kejutan ketiga, ia rajin menghubungi teman-teman lama yang sudah berpencaran di berbagai daerah. Pada suatu hari, ia mengontak 68 teman-teman lamanya via SMS untuk mendukung PKS. Dari 68 nomer kontak teman-teman lama tersebut, 24 menyatakan siap mendukung PKS untuk Pemilu 2014, kemudian 9 orang menjawab dengan “insyaallah”, dan sisanya belum memberikan jawaban. Ternyata yang belum memberi jawaban itu nomer-nomernya banyak yang sudah tidak aktif. Maklum mereka teman lama yang jarang dikontak.
Ketika ia mengirim SMS tersebut, semua menggunakan pulsa dari HP-nya sendiri. Ia tidak meminta pulsa untuk keperluan closing tersebut. Bahkan ketika saya tawari untuk diganti, ia hanya menjawab, “Ganti dengan doa saja untuk kebaikan kita semua”.
Tentu saja saya tidak percaya begitu saja dengan laporan-laporannya. Maka saya mengutus beberapa orang kader dari daerah lainnya untuk mengecek kebenaran berita yang datang darinya. Ternyata cerita-cerita dia benar adanya. Sudah dicek, sudah dikonfirmasi, ceritanya tidak mengada-ada.
Ia selalu berpesan kepada saya agar tidak menyebut namanya jika menceritakan tentang dirinya. Seperti yang sudah saya ceritakan ini tadi....
Semoga Allah menjaga keikhlasannya dan memberikan balasan terbaik untuk diri dan keluarganya. Aamiin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar