Aher menyatakan setiap orang tua pasti tidak menginginkan anak-anaknya menjadi korban kekerasan maupun, pelaku kekerasan. Karena itu semangat gotong royong harus dibangun sedini mungkin di lingkungan rumah tangga demi menghadirkan kasih sayang. Aher menjelaskan gotong royong telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Saat ini dibutuhkan upaya untuk membangun kembali kekuatan gotong royong di tengah masyarakat. "Globalisasi jangan dijadikan alasan menjadi penyebab hilangnya gotong royong. Justru di tengah era globalisasi, harus lebih meningkatkan gotong royong," tegas Aher.
Aher mencontohkan zaman dulu untuk mengumumkan gotong royong harus dari mulut ke mulut, atau melalui pengumuman di masjid. Namun dengan berkembangnya teknologi IT di era globalisasi, maka pengumuman untuk bergotong royong bisa dilakukan lebih mudah melalui alat elektronik ataupun media sosial. "Saya berharap acara ini jangan hanya seremoni tanpa ada gerakan yang konkrit," tutur Aher.
Pada kesempatan yang sama, Ketua TP PKK Provinsi Jabar, Netty Heryawan juga menyoroti masalah kekerasan pada anak. Hal itu terutama kasus kekerasan seksual pada puluhan anak yang saat ini terjadi di Kota Sukabumi. "Pemeriksaan kesehatan dan penyelesaian BAP terhadap para korban harus membuat anak bebas dari ketakutan supaya dapat menceritakan hal yang mereka alami," kata Netty. Ia meminta, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual itu dijauhkan dari sorotan kamera. Hal itu untuk menghindari agar mereka tidak mengalami double victim. "Saya juga sudah meminta ke teman-teman di Kota Sukabumi, (jika butuh bantuan) bisa minta bantuan dari pemprov," terang Netty. Dikatakannya, saat ini mereka butuh bantuan psikolog dalam jumlah yang lebih banyak. Hal itu untuk mengatasi trauma healing dan trauma kejiwaan. (Lilis Sri Handayarni/ed: rachmat santosa)
Sumber: Harian Republika - Kamis, 08 Mei 2014
0 komentar:
Posting Komentar